Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau ambruk lebih dari 1% pada perdagangan sesi I Senin (30/9/2024), melanjutkan koreksinya yang sudah terjadi dua hari sebelumnya.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG ambruk 1,35% ke posisi 7.592,64. IHSG terkoreksi ke level psikologis 7.500 pada sesi I hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 7,7 triliun dengan melibatkan 14,6 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 838.950 kali. Sebanyak 186 saham menguat, 398 saham melemah dan 208 saham cenderung stagnan.
Hampir seluruh sektor terkoreksi pada sesi I hari ini, kecuali sektor bahan baku dan transportasi yang masih mampu menguat masing-masing 0,43% dan 0,28%. Adapun sektor teknologi menjadi yang paling parah koreksinya dan membebani IHSG paling besar yakni mencapai 1,75%.
Sementara dari sisi saham, dua emiten perbankan raksasa dan satu emiten energi baru terbarukan (EBT) konglomerasi Prajogo Pangestu menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini.
Adapun ketiga saham tersebut yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), di mana ketiganya menekan IHSG masing-masing 18,7 indeks poin, 13,2 indeks poin, dan 9,8 indeks poin.
IHSG yang ambruk terjadi di tengah investor asing yang masih terus melepas saham-saham di RI. Hingga perdagangan akhir pekan lalu, terpantau asing sudah melepas sebanyak Rp 1,16 triliun di pasar reguler. Bahkan sepanjang pekan lalu, asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) hingga mencapai Rp 4,31 triliun di pasar reguler.
Selain itu, investor juga cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi terbaru Indonesia, salah satunya yakni data inflasi periode September 2024.
Pada Selasa besok, data indeks harga konsumen (IHK) Indonesia periode September 2024 akan dirilis. Konsensus pasar memperkirakan secara tahunan (year-on-year/yoy), Indonesia masih mengalami inflasi tetapi cenderung kembali turun yakni mencapai 2%.
Namun secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK Indonesia diprediksi masih mengalami deflasi tetapi cenderung membaik sedikit yakni menjadi 0%.
Sementara IHK inti diprediksi sedikit membaik yakni 2,1%.
Sebelumnya pada Agustus lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan IHK menunjukkan pelandaian dan di bawah ekspektasi konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.
Secara tahunan, IHK RI masih naik atau mengalami inflasi sebesar 2,12% (yoy) pada Agustus 2024 atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat 2,13% (yoy). Namun secara bulanan IHK turun tercatat mengalami deflasi sebesar 0,03% (mtm).
Deflasi empat bulan berturut-turut secara bulanan ini pertama kali terjadi sejak 1999 atau 25 tahun terakhir. Artinya, selama Era Reformasi, Indonesia baru mengalami deflasi empat bulan beruntun.
Deflasi Indonesia selama empat bulan berturut-turut juga menjadi kekhawatiran tersendiri. Pasalnya, deflasi empat bulan berturut-turut semakin menegaskan sinyal pelemahan daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil saat ini.