Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mendorong negara-negara anggota Asia Zero Emission Community (AZEC) untuk mempercepat transisi dari penggunaan energi fosil ke energi bersih. Hal ini dilakukan untuk mencapai target emisi nol bersih di kawasan Asia.
Airlangga membeberkan setidaknya terdapat dua kunci utama yang bisa menjadi panduan para anggota AZEC dalam upaya dekarbonisasi. Pertama yakni mengembangkan platform keuangan kolaboratif yang mengatasi tantangan dalam proses pembiayaan dan transisi energi di Asia.
“Ini bertujuan untuk memobilisasi modal domestik serta menarik investasi internasional dan menciptakan instrumen keuangan inovatif yang disesuaikan dengan kebutuhan wilayah kita,” kata Airlangga dalam acara Asia Zero Emission Community (AZEC) 2nd Ministerial Meeting, di Jakarta, Rabu (21/8/2024).
Kedua, bekerja sama untuk membangun mekanisme berbasis pasar yang efektif. Misalnya seperti penetapan harga karbon dan sistem perdagangan emisi yang dapat mempercepat transisi ke ekonomi yang lebih rendah karbon sembari mempertahankan daya saing masing-masing negara.
“Dengan fokus pada area kritis ini, kita dapat menciptakan ekosistem keuangan yang selaras dengan tujuan iklim kita dan membuka investasi substansial yang diperlukan untuk masa depan berkelanjutan kita,” tambahnya.
Sementara, Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang Ken Saito menyampaikan apresiasinya terhadap Indonesia atas penyelenggaraan acara ini. Pihaknya pun sepakat untuk mendukung percepatan transisi energi di kawasan Asia.
“Tahun ini, kami akan mengubah prinsip dan pendekatan tersebut menjadi tindakan konkret. Di sini, saya akan menyoroti tiga poin,” ujarnya.
Pertama, untuk mencapai transisi energi di Asia setidaknya terdapat tiga sektor yang memerlukan kerja sama lebih lanjut yakni sektor kelistrikan, transportasi, dan industri. Adapun, sebagai hasil dari pertemuan menteri ini, pihaknya ingin menyepakati inisiatif utama dengan tindakan konkret untuk sektor-sektor tersebut.
Kedua, pihaknya akan memperdalam kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta. Pada pertemuan para pemimpin tahun lalu, pihaknya mengonfirmasi 350 proyek kerja sama antara Jepang dan negara-negara mitra Asia lainnya, termasuk 100 Nota Kesepahaman (MoU),
Ketiga, dalam penerapan teknologi untuk dekarbonisasi, sangat penting untuk memberikan solusi seperti penetapan harga karbon yang berorientasi pada pertumbuhan dan pembiayaan transisi.
“Untuk itu, Pusat Nol Emisi Asia akan diluncurkan di Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) hari ini untuk mendukung pengembangan kebijakan. Pusat ini akan melakukan penelitian dan analisis serta memberikan rekomendasi kebijakan yang mencakup berbagai tantangan untuk dekarbonisasi,” tambahnya.
Sebagaimana diketahui, AZEC merupakan inisiatif yang digagas oleh Jepang sejak Januari 2022. Bertujuan untuk berbagi visi memajukan dekarbonisasi di antara negara-negara Asia dan bekerja sama untuk mempromosikan transisi energi.
AZEC diikuti oleh 11 negara yang berpartisipasi, yaitu Persemakmuran Australia, Negara Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Jepang, Republik Demokratik Rakyat Laos, Malaysia, Republik Filipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand, dan Republik Sosialis Vietnam.