Dolar AS Kini Rp15.400, Pengusaha Sudah Tak Peduli

Aktifitas kapal ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/3/2021). Bandan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan ekspor dan impor tecatat US$ 15,27miliar atau mengalami kenaikan 8,56% dibandingkan pada Februari 2020 (year-on-year/YoY) yang mencapai US$ 14,06 miliar. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Ekspor- Impor (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Rupiah menunjukkan tren penguatan setelah sempat melambung ke level tertinggi tahun ini di Rp16.445 per Dolar AS (21 Juni 2024).

Hari ini Rabu, 21 Agustus 2024 (pukul 1.12 WIB) Rupiah bergerak di Rp15.434 per dolar AS.

Lalu bagaimana dampak penguatan Rupiah bagi pengusaha, khususnya eksportir nasional? Apakah posisi Dolar AS di kisaran Rp15.400 adalah ideal?

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan, dengan penguatan ini, pengusaha tidak akan menikmati keuntungan. Di sisi lain, imbuh dia, pelaku usaha, dalam hal ini eksportir, akan tetap melakukan penyesuaian.

“Berapapun (level kurs Rupiah terhadap Dolar AS), eksportir akan melakukan adjustment dalam biaya produksinya. Hanya memang windfall pelemahan Dolar AS terhadap Rupiah tidak bisa kita dapatkan,” katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (21/8/2024).

Di sisi lain, dia menambahkan, saat ini pelaku usaha tengah menghadapi efek lonjakan biaya-biaya.

“Pendapatan dalam Dolar AS memang tetap, namun untuk menutup biaya yang dalam komponen Rupiah. Jika dibandingkan tahun 2022-2023, tahun ini ada kenaikan biaya sekitar 5%,” sebut Benny.

“Biaya yang dalam komponen Rupiah secara rutin tahunan naik. Yaitu biaya karyawan. Selain itu, biaya logistik dalam negeri baik darat, laut, maupun udara, juga biaya bunga bank,” kata Benny.

Sebagai catatan, melansir Refinitiv, Rupiah terpantau menguat signifikan selama 7 hari beruntun atau tepatnya sejak 31 Juli 2024.

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (9/8/2024), rupiah ditutup melemah 0,19% ke angka Rp15.920/US$. Pelemahan ini adalah yang pertama dalam 7 hari.

Kendati melemah akhir pekan lalu, dalam sepekan rupiah terbang 1,7%. Penguatan ini memperpanjang tren positif rupiah yang juga menguat hampir 0,6% pada pekan sebelumnya.

Catatan Tim Riset CNBC Indonesia, setidaknya ada 3 hal utama yang membuat rupiah akhirnya dapat bergerak perkasa.

Dari luar negeri khususnya AS muncul kabar potensi resesi pada akhir pekan lalu. Hal ini berdampak pada ambruknya indeks Dolar AS (DXY) dan jadi angin segar bagi Rupiah untuk kembali menguat hingga di bawah level psikologis Rp16.000/US$.

Tidak hanya pengaruh AS, carry trade yang terjadi pada yen Jepang juga berpengaruh signifikan.

Dan, dari sisi domestik, rilis data dari Bank Indonesia (BI) perihal cadangan devisa (cadev) Indonesia periode Juli 2024 disambut positif oleh pelaku pasar.

kera4d

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*