Ini Penyebab IHSG Ambruk 1,15%

Sekelompok siswa-siswi melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (21/10/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau sudah ambles hingga 1% lebih pada perdagangan sesi I Kamis (7/11/2024), setelah adanya kabar kemenangan Donald Trump sebagai presiden AS berikutnya.

Per pukul 11:48 WIB IHSG ambles 1,15% ke posisi 7.299,29. IHSG pun sudah menyentuh level psikologis 7.200, tepatnya di 7.290-an.

Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 6,2 triliun dengan volume transaksi mencapai 13 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 751.652 kali.

IHSG ambles di tengah wait and see investor terkait dampak dari kemenangan Trump sebagai calon presiden (capres) AS. Selain itu, pasar juga menanti keputusan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Kemenangan Trump membuat berbagai aset berisiko di AS bergairah, seperti pasar saham sampai pasar kripto. Wall Street pun ditutup menghijau pasca Trump memenangkan Pemilu AS kali ini.

Anjloknya IHSG sejalan dengan sebagian bursa Asia seperti Nikkei. Salah satu pemicunya adalah kemenangan Trump bisa meningkatkan aliran modal asing karena investor melihat investasi di AS lebih menarik.

Katrina Ell, direktur riset ekonomi di Moody’s Analytics, mengatakan Asia menjadi salah satu wilayah yang bisa dirugikan oleh kebijakan tarif Trump.

“Kebijakan perdagangan global Trump menimbulkan kecemasan khususnya di Asia, mengingat platform proteksionis yang kuat, di mana tarif yang lebih agresif pada impor ke AS telah dijanjikan,” tutur Ell, dikutip dari BBC.

Kekhawatiran tersebut disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Perry mengatakan ada tiga hal yang perlu diwaspadai jika Trump menang. Di antaranya adalah tekanan terhadap nilai tukar rupiah, potensi tekanan kepada arus modal, dan ketidakpastian di pasar keuangan.

Perry mengatakan, potensi ekonomi yang bisa terjadi ketika Trump kembali menjadi Presiden AS di antaranya penguatan mata uang dolar AS yang akan terus terjadi ke depan.

“Mata uang dolar akan kuat, suku bunga AS akan tetap tinggi, dan tentu saja perang dagang juga masih berlanjut,” ungkap Perry dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat, Rabu (6/11).

Ia mengatakan, berbagai permasalahan itu tentu akan memberikan dampak langsung terhadap perekonomian negara-negara ekonomi berkembang, seperti Indonesia. Menurutnya, nilai tukar rupiah berpotensi melemah ke depan, dan aliran modal asing akan semakin sempit.

“Dinamika ini yang akan berdampak ke seluruh negara khususnya emerging market, termasuk Indonesia, yaitu satu, tekanan-tekanan terhadap nilai tukar, kedua, arus modal, dan ketiga, bagaimana ini berpengaruh kepada dinamika ketidakpastian di pasar keuangan,” tuturnya.

Guna mengantisipasi potensi risiko dari menangnya Trump dalam Pilpres AS itu, Perry mengatakan, BI akan bersama pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan terus berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi dan pasar keuangan, sambil terus mendukung laju pertumbuhan ekonomi.

“Ini yang kemudian kita harus respons secara hati-hati, Bank Indonesia untuk itu terus menyampaikan komitmen kami menjaga stabilitas dan turun dukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, bersinergi erat dengan pemerintah dan KSSK,” ujar Perry Perry dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat, Rabu (6/11).

https://gradishki.com/polska/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*