Raksasa Otomotif Ini di Ujung Tanduk, Pabrik Mau Tutup-di RI Gak Laku

Volkswagen memperkenalkan Tiguan Allspace di GIIAS 2019. SUV yang dapat menampung tujuh orang penumpang tersebut dibekali mesin 1.400cc TSI, dengan tenaga 150 daya kuda dan torsi 250 Newton meter. Tenaganya disalurkan melalui transmisi matik enam percepatan plus triptonic. Tiguan Allspace dibanderol Rp533 juta on the road DKI. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Volkswagen memperkenalkan Tiguan Allspace di GIIAS 2019. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Penjualan mobil asal Jerman, Volkswagen atau VW, tengah lesu di Indonesia. Dalam setahun, penjualan pabrikan mobil itu hanya puluhan unit di tanah air.

Padahal VW bukanlah sembarang pabrikan otomotif di kancah global. Merek ini sempat menjadi mobil terlaris di dunia hingga 2021, meski akhirnya kursi puncak penjualan mobil terbanyak diambil Toyota saat itu.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan VW secara wholesales atau penjualan dari pabrikan ke diler selama tujuh bulan awal 2024 hanya 52 unit, turun 68,7% dari tahun lalu yang mencapai 166 unit.

Parahnya lagi penjualan pada Juli 2024 hanya 2 unit, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang hanya 4 unit.

Sedangkan retail sales atau penjualan dari diler ke konsumen akhir pada periode Januari-Juli 2024 sebanyak 65 unit. Angka ini turun dari periode sama tahun lalu yang mencapai 141 unit. Retail sales VW sendiri di RI pada Juli 2024 hanya 4 unit.

Ilustrasi Volks Wagen (VW). (REUTERS/Imelda Medina/File Photo)
Foto: Ilustrasi Volks Wagen (VW). (REUTERS/Imelda Medina/File Photo)
Ilustrasi Volks Wagen (VW). (REUTERS/Imelda Medina/File Photo)

Manajemen VW sebetulnya sudah merasakan posisi genting perusahaan. Bahkan, sudah mengumumkan akan mengambil langkah-langkah efisiensi.

CEO Volkswagen Group Oliver Blume dalam sebuah pernyataan tertulis mengatakan, perusahaan kemungkinan akan mengambil tindakan restrukturisasi menyeluruh.

“Industri otomotif Eropa berada dalam situasi yang sangat menuntut dan serius,” kata Blume, seperti dilansir CNBC International, Sabtu (14/9/2024).

“Lingkungan ekonomi menjadi lebih sulit, dan pesaing baru memasuki pasar Eropa. Selain itu, Jerman khususnya sebagai lokasi manufaktur semakin tertinggal dalam hal daya saing,” imbuhnya.

Akibatnya, perusahaan sekarang harus bertindak tegas dan merek-merek dalam perusahaan tersebut perlu menjalani restrukturisasi.

Dari pernyataan Blume, seperti situasi saat ini mengindikasikan akan ada penutupan pabrik di lokasi produksi kendaraan dan komponen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*