Ramai-ramai media asing kini menyoroti kedatangan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Dunia dan Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus. Hal ini setidaknya terlihat dari beberapa headlines media Barat, mulai dari Prancis hingga Amerika Serikat (AS).
Media Agence France Presse (AFP) misalnya membuat artikel berjudul ‘Pope Arrives in Muslim-majority Indonesia to Start Asia-Pacific Tour’. Dikatakan bagaimana Paus membawa misi khusus di indonesia untuk menekan kekerasan dan konflik serta memerangi perubahan iklim dan mengurangi dampaknya.
“Pimpinan 1,3 miliar umat Katolik dunia itu mendarat di Jakarta untuk kunjungan tiga hari yang ditujukan untuk hubungan antar agama, dan kemudian akan melakukan perjalanan ke Papua Nugini, Timor Timur, dan Singapura,” muat laman itu kemarin dikutip Rabu (4/9/2024).
Disebut pula bagaimana Paus akan bertemu dengan Jokowi dan mendatangi Majid Istiqlal. Laman itu juga menyinggung bagaimana naiknya permukaan air laut kini menjadi isu khusus di Jakarta.
“Di Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus akan menandatangani deklarasi bersama dengan imam besarnya yang akan berfokus pada dehumanisasi, terutama penyebaran kekerasan dan konflik, serta kerusakan lingkungan, menurut konferensi para uskup Indonesia,” muatnya.
“Keberadaannya untuk mendesak dunia untuk berbuat lebih banyak untuk memerangi perubahan iklim dan mengurangi dampaknya… termasuk naiknya permukaan air laut, yang mengancam Jakarta,” tambah laman itu menyebut ancaman Jakarta bakal tenggelam karena perubahan iklim.
Sementara laman Associated Press (AP) juga membuat artikel berjudul “In Asia, pope urges Indonesia to live up to promise of ‘harmony in diversity,’ fight extremism”. Disebut bagaimana Paus Fransiskus mendesak Indonesia untuk menepati janji tentang “harmoni dalam keberagaman” dan memerangi intoleransi agama.
“Fransiskus menjalani hari pertama yang padat di Indonesia, bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan pejabat Indonesia lainnya di istana presiden, dan kemudian menyapa para pendeta, biarawati, dan seminaris Katolik di katedral utama Jakarta pada sore hari,” tulis AP.
“Dalam sambutannya kepada pejabat Indonesia, Fransiskus membandingkan keberagaman manusia di negara itu dengan 17.000 pulau di kepulauan tersebut. Ia mengatakan masing-masing pulau memberikan kontribusi sesuatu yang spesifik untuk membentuk ‘mosaik yang luar biasa’,” tambahnya.
“Namun, Fransiskus memperingatkan bahwa keberagaman seperti itu juga dapat menjadi sumber konflik. Itu adalah referensi yang jelas untuk episode intoleransi yang telah berkobar dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia,” tulisnya lagi seraya menyinggung pula kekhawatiran yang lebih luas tentang konflik yang berkecamuk di seluruh dunia.
Sementara itu, media Reuters menyoroti bagaimana Paus Fransiskus mendesak para pemimpin politik di Indonesia, untuk waspada terhadap ekstremisme agama. Menurutnya ini telah mendistorsi keyakinan agama orang-orang melalui “tipu daya dan kekerasan”.
“Dalam pidato pertamanya selama perjalanan ambisius selama 12 hari di seluruh Asia Tenggara, di mana umat Kristen merupakan minoritas kecil dari populasi regional, Paus mengatakan Gereja Katolik akan meningkatkan upayanya menuju dialog antar agama dengan harapan dapat membantu meredam ekstremisme,” jelas laman itu.
“Dengan cara ini, prasangka dapat dihilangkan, dan iklim saling menghormati dan percaya dapat tumbuh,” kutip Reuters memuat pidato Paus yang berusia 87 tahun itu.