Ukraina Acak-Acak Wilayah Rusia, Putin Warning Bencana Nuklir

This video grab taken from a handout footage released by the Ukrainian Presidential Press Service on August 11, 2024, shows a fire at a cooling tower of the Russian-controlled Zaporizhzhia nuclear power plant in Energodar, Southern Ukraine. (Photo by Handout / UKRAINIAN PRESIDENTIAL PRESS SERVICE / AFP) / RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY CREDIT
Foto: AFP/HANDOUT

Rusia mengeluarkan peringatan terkait dugaan serangan Ukraina terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), di tengah serangan balasan Kyiv yang terus berlangsung di wilayah Kursk. Serangan ini terjadi setelah Ukraina meluncurkan invasi mengejutkan ke Kursk, yang berbatasan dengan wilayah Sumy di Ukraina, pada 6 Agustus lalu.

Sejak saat itu, pasukan Ukraina telah berhasil menguasai 1.250 kilometer persegi wilayah Rusia dan 92 pemukiman.

Dalam perkembangan terbaru, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan kepada media pemerintah Tass bahwa Ukraina diduga mencoba menyerang PLTN Kursk dengan drone. Zakharova menekankan pentingnya investigasi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terkait dugaan serangan tersebut.

“IAEA harus segera merespons tindakan terorisme nuklir yang dilakukan oleh rezim Kiev,” kata Zakharova, dilansir Newsweek, Sabtu (24/8/2024).

Hingga saat ini, Ukraina belum memberikan komentar terkait tuduhan serangan tersebut, dan klaim Rusia belum dapat diverifikasi secara independen oleh pihak luar.

Dalam sebuah pernyataan pada Kamis, IAEA mengungkapkan bahwa mereka telah diberitahu oleh Rusia mengenai ditemukannya sisa-sisa drone sekitar 100 meter dari fasilitas penyimpanan bahan bakar nuklir di PLTN tersebut.

Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, diperkirakan akan mengunjungi PLTN Kursk minggu depan dan mungkin akan membahas dugaan serangan tersebut.

“Kegiatan militer di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan risiko serius bagi keselamatan dan keamanan nuklir. Kunjungan saya ke PLTN Kursk minggu depan akan memberikan kami akses yang tepat waktu untuk menilai situasi secara independen,” kata Grossi.

Serangan balasan di Kursk ini terjadi lebih dari 2 tahun setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan “operasi militer khusus” ke Ukraina, yang telah dikutuk oleh para pemimpin AS dan sekutunya sebagai tindakan yang tidak memiliki pembenaran.

Pada saat ini, Ukraina dilaporkan telah merebut lebih banyak wilayah di Kursk dibandingkan wilayah yang berhasil direbut Rusia di Ukraina sejak awal tahun ini. Ini menandai pertama kalinya pasukan asing berhasil merebut wilayah Rusia sejak Perang Dunia II. Zelensky menyatakan bahwa Ukraina telah menguasai setidaknya 80 pemukiman di Kursk.

Serangan mendadak ini memaksa Moskow untuk mengalihkan sumber daya dan tenaga kerja dari garis depan ofensif mereka di Ukraina. Pejabat regional melaporkan kepada Putin pada Kamis bahwa sejauh ini 115.000 penduduk Kursk telah dievakuasi dari rumah mereka akibat serangan tersebut.

Perang yang dimulai pada Februari 2022 ini telah lama memicu kekhawatiran terkait senjata nuklir, mengingat Rusia memiliki persenjataan nuklir dan banyak wilayah di kawasan tersebut yang mendapatkan energi dari pembangkit listrik tenaga nuklir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*